KONFLIK KEPENTINGAN DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA: KASUS PULAU KAPOTA, WAKATOBI, SULAWESI TENGGARA
Abstract
Abstrak: Konflik Kepentingan dalam Pengembangan Pariwisata: Kasus Pulau Kapota, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Sektor pariwisata merupakan magnet baru yang pesonanya tidak dapat ditolak. Ini dikarenakan kebutuhan manusia sudah mulai bertambah, tidak hanya kebutuhan primer seperti sandang, pangan, dan papan saja tetapi muncul kebutuhan baru yaitu rekreasi. Munculnya kebutuhan baru berupa rekreasi membuat para pelaku pariwisata berlomba-lomba untuk mengembangkan daerahnya menjadi salah satu destinasi pariwisata. Salah satu daerah yang sedang melakukan pengembangan pariwisata adalah Pulau Kapota. Pulau ini terletak di Kecamatan Kapota, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Pengelolaan pariwisata di Kapota pada awalnya dilakukan oleh Taman Nasional Wakatobi karena Pulau Kapota merupakan salah satu ‘wilayah konservasi’ yang berada di bawah Taman Nasional Wakatobi. Akan tetapi terdapat tumpang tindih kebijakan karena sektor pariwisata merupakan ranah Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi. Konflik antara Taman nasional Wakatobi dengan Dinas Pariwisata ternyata melibatkan tokoh masyarakat setempat, yang ternyata adalah orang yang sama. Tokoh masyarakat ini berdiri di dua kepentingan dengan dua lembaga masyarakat yang berbeda.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Suardana, I Wayan. 2011. “Dekonstruksi Kebijakan Pembangunan Pariwisata yang Berkelanjutan di Bali”. Jurnal Analisis Pariwisata, Vol. 11, No 1.
Nasrun. 2016. “Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekowisata Bahari di Pulau kapota Taman Nasional Wakatobi”. Tesis. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.
Setyadi, Anung Ign, dkk. 2012. “Strategi Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah”. Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol 9 No 1.
Ibid
Kecamatan baru yang terbentuk tahun 2014, sebelumnya Kapota berada di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
Wakatobi memiliki 750 spesies laut dari 850 spesies yang ada di dunia
Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko
Satu sudah jadi, satu lagi dalam proses pembuatan
Pengelolaan pariwisata dan riset di Hoga dipegang oleh pihak asing sehingga masyarakat lokal seperti terasingkan di tempat kelahiran mereka sendiri
Ketua adat Kapota
SPKP adalah singkatan dari Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan. Kata Banakawa diambil dari bahasa Kerajaan Buton yang berarti pertama tiba karena SPKP Banakawa adalah organisasi pertama di Pulau Kapota.
Bailey, F.G. 1970. Stratagems and Spoils : A Social Anthropology of Politics. Oxford: Basil Blackwell.
Giddens, Anthony. 1986. The Contitution of Society. London: Polity Press.
http://infokapota.blogspot.co.id/2014/06/potensi-wisata.html
Nasrun. 2016. “Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Ekowisata Bahari di Pulau kapota Taman Nasional Wakatobi”. Tesis. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.
Setyadi, Anung Ign, dkk. 2012. “Strategi Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah”. Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol 9 No 1.
Suardana, I Wayan. 2011. “Dekonstruksi Kebijakan Pembangunan Pariwisata yang Berkelanjutan di Bali”. Jurnal Analisis Pariwisata, Vol. 11, No 1.
Twikromo. 2010. The Politics of Local Elite: Manipulating Links between the State and the Local Community in Eastern Indonesia. Saarbücken: Lambert Academic Publishing.
Vischer. Michael P. 2009. “Contestation: Dynamics of Presedence in an Eastern Indonesian Domain.” Dalam Michael P. Vischer (editor), Precedence: Social Differentiation in the Austronesian World. Canberra : ANU E Press. Halaman 245-274.
DOI: http://dx.doi.org/10.29300/ttjksi.v2i1.785
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2018 TSAQOFAH & TARIKH

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Index By:
Tsaqofah & Tarikh: Jurnal Kebudayaan dan Sejarah Islam ini diterbitkan oleh Jurusan Adab UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu dan Disebarluaskan dengan perijinan dibawah Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Jl. Raden Fatah, Pagar Dewa Kota Bengkulu 38211
Bengkulu, Sumatra, Indonesia